Story Time : SEKOLAH 'KNOWING' vs SEKOLAH 'BEING
- Selasa, 08 Desember 2015
Suatu hari saya kedatangan seorang tamu dari Eropa. Saya menawarkan kepadanya melihat-lihat objek wisata kota Jakarta.
Pada saat kami ingin menyeberang jalan, teman saya ini selalu berusaha untuk mencari zebra cross. Berbeda dengan saya dan orang Jakarta yang lain, dengan mudah menyeberang di mana saja sesukanya.
Teman saya tetap tidak terpengaruh oleh situasi. Dia terus mencari zebra cross setiap kali akan menyeberang. Padahal di Indonesia tidak setiap jalan dilengkapi dengan zebra cross.
Yang lebih memalukan, meskipun sudah ada zebra cross tetap saja para pengemudi tancap gas, tidak mau mengurangi kecepatan guna memberi kesempatan pada para penyeberang. Teman saya geleng-geleng kepala mengetahui perilaku masyarakat kita.
Akhirnya saya coba menanyakan pandangan teman saya ini mengenai fenomena menyeberang jalan tadi.
Saya bertanya, mengapa orang-orang di negara ini menyeberang tidak pada tempatnya, meskipun mereka tahu bahwa zebra cross itu adalah untuk menyeberang jalan. Sementara dia selalu konsisten mencari zebra cross meskipun tidak semua jalan di negara kami dilengkapi dengan zebra cross.
Pelan-pelan dia menjawab pertanyaan saya, "It's all happened because of The Education System."
Wah, bukan main kagetnya saya mendengar jawaban teman saya. Apa hubungan menyeberang jalan sembarangan dengan sistem pendidikan?
Dia melanjutkan penjelasannya,
"Di dunia ini ada 2 jenis sistem pendidikan, yang pertama adalah sistem pendidikan yang hanya menjadikan anak anak kita menjadi mahluk 'Knowing' atau sekedar tahu saja, sedangkan yang kedua sistem pendidikan yang mencetak anak anak menjadi mahluk 'Being'.
Apa maksudnya?
Maksudnya, sekolah hanya bisa mengajarkan banyak hal untuk diketahui para siswa. Sekolah tidak mampu membuat siswa mau melakukan apa yang diketahui sebagai bagian dari kehidupannya.
Anak anak tumbuh hanya menjadi 'Mahluk Knowing', hanya sekedar 'mengetahui' bahwa:
- Zebra cross adalah tempat menyeberang,
- Tempat sampah adalah untuk menaruh sampah.
Tapi mereka tetap menyeberang dan membuang sampah sembarangan.
Sekolah semacam ini biasanya mengajarkan banyak sekali mata pelajaran. Tak jarang membuat para siswanya stress, pressure & akhirnya mogok sekolah. Segala macam diajarkan dan banyak hal yang diujikan, tetapi tak satupun dari siswa yang menerapkannya setelah ujian. Ujiannya pun hanya sekedar tahu, 'Knowing'.
Di negara kami, sistem pendidikan benar benar diarahkan untuk mencetak manusia manusia yang 'tidak hanya TAHU apa yang benar tetapi MAU melakukan apa yang benar sebagai bagian dari kehidupannya'.
Di negara kami, anak anak hanya diajarkan 3 mata pelajaran pokok:
1. Basic Sains
2. Basic Art
3. Social
Dikembangkan melalui praktek langsung dan studi kasus dan dibandingkan dengan kejadian nyata di seputar kehidupan mereka.
Mereka tidak hanya TAHU, mereka juga MAU menerapkan ilmu yang diketahui dalam keseharian hidupnya. Anak anak ini juga tahu persis alasan mengapa mereka mau atau tidak mau melakukan sesuatu.
Cara ini mulai diajarkan pada anak sejak usia mereka masih sangat dini agar terbentuk sebuah kebiasaan yang kelak akan membentuk mereka menjadi mahluk 'Being', yakni manusia2 yang melakukan apa yang mereka tahu benar."
Wow!
Betapa sekolah begitu memegang peran yang sangat penting bagi pembentukan perilaku & mental anak anak bangsa.
Betapa sebenarnya sekolah tidak hanya berfungsi sebagai lembaga sertifikasi yang hanya mampu memberi ijazah para anak bangsa.
sumber; faktual
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar